Saat partai lain sibuk membuka
meja pendaftaran dalam rangka menjaring para bakal caleg untuk diikut sertakan pada kompetisi pemilihan umum
2014, banyak kalangan berduyun-duyun mengajukan (mendaftarkan diri ) sebagai caleg,
bahkan tidak segan walaupun harus mengeruk kocek cukup dalam. Hal ini ternyata
tidak berlaku bagi pencalegan PKS loh, di saat yang lain bersikap demikian, di
PKS malah berlaku sebaliknya. Kesulitan itu terjadi ketika sekian banyak para
kader menolak ditunjuk untuk maju pada kompetisi 5 tahunan sekali ini. Penulis
pun adalah salah satu saksi hidup proses recruitmen pencalegan itu.
Penolakan ini bukan karena para
kader tak mampu atau kapasitas kader PKS tak layak loh, bayangkan para pengamat
sendiri mengamini bahwa PKS adalah satu-satunya partai yang kaya dengan
Intelektual dan professional muda berkualitas, serta paling siap menyambut
kemenangan pada kompetisi pemilu 2014. Jadi perlu digaris bawahi BUKAN KARENA PKS MISKIN KADER BERKUALITAS,
namun lebih kepada tugas anggota dewan adalah amanah berat yang dibebankan
kepada para kader maka mereka memilih menolak. Saat tulisan ini dibuat, nama-nama
yang telah tercantum pada DCS (Daftar Caleg Sementara) berulang kali
menyampaikan permohonan maaf agar tidak
dimajukan baik disampaikan secara lisan maupun SMS karena takut tidak bisa
menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Tapi bagaimanapun ini adalah amanah, ketika
para qiyadah mengusulkan nama kader untuk maju, itu menandakan bahwa mereka
dilihat paling layak berjuang di tingkat legislator.
Beberapa orang saudara bertanya
kepada penulis tentang pencalegan 2014, mengingat mereka tahu bahwa penulis
merupakan salah satu pengurus PKS di tingkat DPC. Mereka heran kenapa penulis
tak ikut maju seperti parpol lain yang berbondong- bondong mendaftarkan diri, padahal
penulis juga adalah pengurus aktif. Penulis tersenyum saja, Inilah bedanya PKS
dengan parpol lain, mekanisme penjaringan caleg PKS sangat jauh dari unsur KKN seperti
partai kebanyakan. Menjadi caleg bukanlah kebanggan atau barang mewah tapi
menjadi kabar yang tidak sedap untuk kader, saya yakin hal ini tidak pernah
terjadi di parpol lain. Karena setiap kader dibebankan amanah masing-masing, baik
ditingkat struktur maupun dalam posisinya sebagai seorang legislator, semuanya
memegang peran penting masing-masing untuk kemaslahatan dakwah Islam demi
terwujud masyarakat berkeadilan.
Sepanjang yang penulis alami, ada
banyak sekali kalangan eksternal yang melamarkan diri untuk dimajukan sebagai caleg
2014 lewat PKS Banyuasin, tapi PKS memegang teguh semangat perbaikan dan
perubahan sehingga selalu melihat rekam jejak (track record) dan pendapat jama’ah
bagi sang pelamar sehingga tidak sembarang terima, maka siapa saja yang
ditunjuk oleh jama’ah dalam mekanisme suro itu’, artinya mereka dipercaya oleh
jama’ah untuk mengemban amanah yang lebih besar, bukan itu saja jama’ah akan
all out mendukung (memperjuangkan) kader atau siapa saja yang diamanahi tugas
ini untuk bisa memenangkan kompetisi. Ini merupakan bagian dari tradisi PKS
menghindari anggota dewan yang bermain ketika mereka resmi memangku jabatan
nanti. Sudah sedimikin ketat saja prosesnya terkadang masih saja kecolongan
(maklum manusia, tapi alhamdulillah sampai saat ini setiap kader yang ketahuan
menyalahgunakan jabatan akan gampang sekali diturunkan bahkan dikeluarkan),
apalagi jika proses itu seperti parpol tetangga, yang untuk menjadi Bacaleg
saja harus sikut-sikutan sesama kader mereka (baca : saling semebelih), wajar
jika aroma KKN itu akan sangat kental, bukan itu saja disamping faktor duit, faktor
kedekatan dengan pejabat tinggi di parpolnya atau keluarga pun menjadi hal yang
tidak bisa dipungkiri saat recruitmen caleg (ini juga diamini oleh caleg bersangkutan)
Rangkap Jabatan
Saat qiyadah mengumumkan bahwa
para kader dilarang rangkap jabatan, suami atau istri pejabat publik tidak
mencalonkan diri sebagai anggota dewan, bagi para kader hal ini tidak begitu
mengagetkan mengingat hal itu sudah menjadi tradisi turun temurun di PKS untuk
tidak rangkap jabatan sehingga roda organisasi dapat bekerja secara optimal
dalam menangkap pesan dari lapisan paling bawah masyarakat Indonesia. Tentu
budaya baik yang turun temurun ini perlu diwariskan ke partai politik lainnya,
insyaAllah ini juga adalah dakwah.
Bercermin ke dakwah terdahulu
Bercermin dari kisah-kisah
perjuangan Rosulullah. Penulis mengamini, sungguh dahsyat dakwah Islam di
Parlemen. Dakwah di masjid ke Masjid itu biasa, maka akan dahsyat sekali
powernya ketika dakwah Islam itu berwujud parlemen, pemerintahan atau bahkan
negara. Ingat bagaimana proses dakwah Rosulullah dari fase sirriyah (senyap)
kepada fase dakwah dhahirriyah (terang-terangan). Sejak itu pula panji daulah
Islam dikibarkan setinggi-tingginya, ummat keluar dari masa keterindasan kepada
masa kegemilangan tanpa penjajahan keyakinan sebab semua hidup berdampingan dan
memegang hak untuk hidup dengan keyakinannya masing-masing.
Sejak dakwah Islam dilakukan
secara terang-terangan, tak pernah sekalipun Ummat ini hidup tanpa daulah Islam,
melainkan mereka menjelma menjadi sebuah pemerintahan yang membebaskan manusia
dari perbudakan yang telah lama berkuasa apapun keyakinannya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !