Catatanku
Headlines News :

Latest Post

Pentingkah sejarah

Written By Harmoko, A.Md on Selasa, 11 Juni 2013 | 20.53

Dengan melihat sejarah masa lalu, maka kita akan melihat bagaimana sejarah masa depan.
Karena begitu pentingnya sejarah, maka tidak jarang penguasa membuat cerita sejarah dan memutar balikkanya menurut kepentingannya.

Cita rasa sejarah akan selalu sepadan untuk mempertahankan kekuasaan atau sekedar membuat opini publik tentang siapa A dan siapa B yang lama kelamaan mencuci otak masa kini.
Seorang komentator menulis : "sejarah biarlah sejarah, sekarang adalah sekarang". Padahal cara pandang demikian akibat dibentuk oleh sejarah pula.

Begitu pentingnya sejarah, bertahun dan berabad-abad lamanya para ilmuan rela hati mengumpulkan data, menggali, dengan anggaran yang tak terhitung jumlahnya, tujuannya cuma satu : "Menemukan sejarah dan fakta masa lalu"

Kitab yang paling diagungkan penganutnya, Al-Qur'an, Injil, Wedah, Tripitaka, Talmud dan lain sebagainya adalah buku sejarah paling populer yang menjadi pedoman masa kini dan masa depan.   

Contoh paling kecil, ketika kami makan bangku perguruan tinggi, sebuah jurusan yang identik berbicara tentang teknologi masa depan, untuk pertama kalinya, kami diperkenalkan dengan sejarah yang menjadi objek konkrit yang harus didapat jika wisudah. Tentu, yang lain juga tidak jauh beda bukan ?? 

Jadi melupakan sejarah sama seperti kacang yang lupa dengan kulitnya.
 
Perlu diketahui pula bahwa, tolok ukur berhasil dan tidaknya pekerjaan masa kini adalah masa lalu (sejarah). 

“Dalam segala kepahitan harus ada keputusan”

Written By Harmoko, A.Md on Rabu, 17 April 2013 | 08.52

Alangkah cepatnya hidup ini. Berganti dari satu warna ke warna yang lain. Seperti di Madinah saat itu. Baru saja Rasulullah dan kaum Muslimin pulang dari Makkah membawa kemenangan, kesulitan yang baru sudah datang menghadang. Rasanya belum begitu lama mereka menikmati kemenangan itu. Saat sepuluh ribu pasukan Muslim menaklukkan Mekkah tanpa pertumpahan darah. Saat Rasulullah menundukkan kepalanya, di atas untanya, begitu rendah dan sangat rendah, sebagai tanda syukur mendalam kepada Allah. Saat itu manusia berbondong-bondong masuk Islam. Segala kenangan pahit yang mendera Rasulullah dan kaum Muslimin seakan sirna, dan kebahagiaan pun menyelimuti kaum Muslimin.
 
             Tetapi alangkah cepatnya hidup berganti warna. Di tengah suasana bahagia itu, justru sebuah ancaman baru tengah mengintai. Ancaman dari Romawi, negeri kekaisaran dengan kekuatan militer terbesar pada jaman itu. Maka, kehidupan kaum Muslimin kembali tercekam. Bahkan Umar sang pemberani pun merasakan suasana ini. Keadaan itu diperparah dengan musim kemarau yang sangat panas dan kering, plus bala bantuan Nasrani untuk Romawi yang sudah berjumlah 40 ribu orang.

Dalam setiap keadaan yang sulit harus ada sikap. Inilah diantara prinsip-prinsip kehidupan yang Rasulullah ajarkan kepada kita. Apakah menghadapi kesulitan atau membiarkan kesulitan itu melibas apa saja. Setelah mengkaji secara mendalam, Rasulullah memutuskan untuk menghadapi Romawi. Dengan tigapuluh ribu pasukan, Rasulullah berangkat, ke Tabuk. Suasana begitu sulit. Musim kering merontokkan pertahanan fisik. Untuk delapan belas orang hanya ada satu unta. Begitupun, kadang mereka harus menyembelih unta untuk mengambil persediaan air. Kadang mereka hanya memakan dedaunan, hanya untuk membasahi bibir. Di Tabuk Rasulullah membangun kamp. Selama 20 hari. Beliau memompa semangat juang dan hidup kaum muslimin. Menjelaskan tentang harapan, memberi peringatan dan kabar gembira. Sementara itu, Romawi justru menjadi ketakutan, banyak kabilah Arab yang kemudian membuat perjanjian damai dengan Rasulullah.

            Begitulah, fragmen Tabuk memberikan kita satu catatan penting. Bahwa hidup adalah pergiliran. Bahwa segalanya bisa berubah. Dari gelap ke terang, dari terang ke gelap. Maka masalah utamanya bukanlah pada kesulitan atau kemudahan itu semata. Melainkan, bagaimana kita bersikap. Di saat sulit maupun mudah. Fragmen Tabuk mengajarkan kita bahwa guncangan dan hempasan badai kesulitan tidak boleh merusak jati diri kita. Seorang Mukmin mengerti apa arti sebuah kesulitan. Sebagai ketetapan Allah, sebagai keniscayaan sejarah, sebagai ujian, sebagai tangga menuju penghargaan kualitas diri, juga sebagai siklus pergantian masa yang pasti terjadi didalam hidup.

            Peristiwa Tabuk hanya sebagian dari serial suka duka Rasulullah dan kaum Muslimin dalam menjalani hidup. Sekaligus kumpulan serial bagaimana mereka bisa menaklukkan kesulitan demi kesulitan. Dengan cara mereka yang elegan, terhormat dan holistik. Elegan, karena mereka tidak lari dari kesulitan. Justru mereka hadang kesulitan itu, tanpa arogansi dan menantang-nantang. Terhormat, karena mereka menundukkan kesulitan itu dengan cara yang fair, tidak menjilat, tidak menjual jati diri, apalagi bersengkongkol dengan para pengkhianat. Dan holistik, karena mereka menyelesaikan kesulitan secara keseluruhan, untuk manfaat yang lebih luas.

            Kepada Allah kita memohon ketahanan. Dalam do’a dan pengaduan yang total, lalu dengan usaha kita sendiri, dalam kebersamaan yang terkecil sekalipun, kita hadapi badai kesulitan itu. Agar ia tidak membunuh jati diri kita.

Based on : Hidup Tidak Mengenal Siaran Tunda. Ahmad Zairofi AM. Tarbawi Press. 2006. Jakarta

PKS Kesulitan Jaring Caleg

Written By Harmoko, A.Md on Selasa, 09 April 2013 | 22.32



Saat partai lain sibuk membuka meja pendaftaran dalam rangka menjaring para bakal caleg untuk  diikut sertakan pada kompetisi pemilihan umum 2014, banyak kalangan berduyun-duyun mengajukan (mendaftarkan diri ) sebagai caleg, bahkan tidak segan walaupun harus mengeruk kocek cukup dalam. Hal ini ternyata tidak berlaku bagi pencalegan PKS loh, di saat yang lain bersikap demikian, di PKS malah berlaku sebaliknya. Kesulitan itu terjadi ketika sekian banyak para kader menolak ditunjuk untuk maju pada kompetisi 5 tahunan sekali ini. Penulis pun adalah salah satu saksi hidup proses recruitmen pencalegan itu.

Penolakan ini bukan karena para kader tak mampu atau kapasitas kader PKS tak layak loh, bayangkan para pengamat sendiri mengamini bahwa PKS adalah satu-satunya partai yang kaya dengan Intelektual dan professional muda berkualitas, serta paling siap menyambut kemenangan pada kompetisi pemilu 2014. Jadi perlu digaris bawahi BUKAN KARENA PKS MISKIN KADER BERKUALITAS, namun lebih kepada tugas anggota dewan adalah amanah berat yang dibebankan kepada para kader maka mereka memilih menolak. Saat tulisan ini dibuat, nama-nama yang telah tercantum pada DCS (Daftar Caleg Sementara) berulang kali menyampaikan permohonan  maaf agar tidak dimajukan baik disampaikan secara lisan maupun SMS karena takut tidak bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Tapi bagaimanapun ini adalah amanah, ketika para qiyadah mengusulkan nama kader untuk maju, itu menandakan bahwa mereka dilihat paling layak berjuang di tingkat legislator.

Beberapa orang saudara bertanya kepada penulis tentang pencalegan 2014, mengingat mereka tahu bahwa penulis merupakan salah satu pengurus PKS di tingkat DPC. Mereka heran kenapa penulis tak ikut maju seperti parpol lain yang berbondong- bondong mendaftarkan diri, padahal penulis juga adalah pengurus aktif. Penulis tersenyum saja, Inilah bedanya PKS dengan parpol lain, mekanisme penjaringan caleg PKS sangat jauh dari unsur KKN seperti partai kebanyakan. Menjadi caleg bukanlah kebanggan atau barang mewah tapi menjadi kabar yang tidak sedap untuk kader, saya yakin hal ini tidak pernah terjadi di parpol lain. Karena setiap kader dibebankan amanah masing-masing, baik ditingkat struktur maupun dalam posisinya sebagai seorang legislator, semuanya memegang peran penting masing-masing untuk kemaslahatan dakwah Islam demi terwujud masyarakat berkeadilan.

Sepanjang yang penulis alami, ada banyak sekali kalangan eksternal yang melamarkan diri untuk dimajukan sebagai caleg 2014 lewat PKS Banyuasin, tapi PKS memegang teguh semangat perbaikan dan perubahan sehingga selalu melihat rekam jejak (track record) dan pendapat jama’ah bagi sang pelamar sehingga tidak sembarang terima, maka siapa saja yang ditunjuk oleh jama’ah dalam mekanisme suro itu’, artinya mereka dipercaya oleh jama’ah untuk mengemban amanah yang lebih besar, bukan itu saja jama’ah akan all out mendukung (memperjuangkan) kader atau siapa saja yang diamanahi tugas ini untuk bisa memenangkan kompetisi. Ini merupakan bagian dari tradisi PKS menghindari anggota dewan yang bermain ketika mereka resmi memangku jabatan nanti. Sudah sedimikin ketat saja prosesnya terkadang masih saja kecolongan (maklum manusia, tapi alhamdulillah sampai saat ini setiap kader yang ketahuan menyalahgunakan jabatan akan gampang sekali diturunkan bahkan dikeluarkan), apalagi jika proses itu seperti parpol tetangga, yang untuk menjadi Bacaleg saja harus sikut-sikutan sesama kader mereka (baca : saling semebelih), wajar jika aroma KKN itu akan sangat kental, bukan itu saja disamping faktor duit, faktor kedekatan dengan pejabat tinggi di parpolnya atau keluarga pun menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri saat recruitmen caleg (ini juga diamini oleh caleg bersangkutan)

Rangkap Jabatan
Saat qiyadah mengumumkan bahwa para kader dilarang rangkap jabatan, suami atau istri pejabat publik tidak mencalonkan diri sebagai anggota dewan, bagi para kader hal ini tidak begitu mengagetkan mengingat hal itu sudah menjadi tradisi turun temurun di PKS untuk tidak rangkap jabatan sehingga roda organisasi dapat bekerja secara optimal dalam menangkap pesan dari lapisan paling bawah masyarakat Indonesia. Tentu budaya baik yang turun temurun ini perlu diwariskan ke partai politik lainnya, insyaAllah ini juga adalah dakwah.

Bercermin ke dakwah terdahulu
Bercermin dari kisah-kisah perjuangan Rosulullah. Penulis mengamini, sungguh dahsyat dakwah Islam di Parlemen. Dakwah di masjid ke Masjid itu biasa, maka akan dahsyat sekali powernya ketika dakwah Islam itu berwujud parlemen, pemerintahan atau bahkan negara. Ingat bagaimana proses dakwah Rosulullah dari fase sirriyah (senyap) kepada fase dakwah dhahirriyah (terang-terangan). Sejak itu pula panji daulah Islam dikibarkan setinggi-tingginya, ummat keluar dari masa keterindasan kepada masa kegemilangan tanpa penjajahan keyakinan sebab semua hidup berdampingan dan memegang hak untuk hidup dengan keyakinannya masing-masing.
Sejak dakwah Islam dilakukan secara terang-terangan, tak pernah sekalipun Ummat ini hidup tanpa daulah Islam, melainkan mereka menjelma menjadi sebuah pemerintahan yang membebaskan manusia dari perbudakan yang telah lama berkuasa apapun keyakinannya.

Bila Dakwah, Berlabel Negara…

Written By Harmoko, A.Md on Kamis, 04 April 2013 | 00.29

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah…negaraku adalah lahan subur, tempat tumbuh dan pesatnya gerakan dakwah Islam. Gelombang kebaikan itu muncul membersamai situasi kondusif Indonesia, tempat berkumpulnya Elit kebenaran dan Elit kebathilan. Saya kemudian berfikir, mungkin ini pula di antara keberkahan demokrasi yang semua orang rasakan, semua ingin tampil laksana ingin dikenal walaupun tanpa esensi yang menjadi landasan paradigma. Saya lihat ini peluang dan sekaligus jembatan dakwah menjelma dalam bentuk negara.

Dakwah harus mengalami metamorfosa tanpa harus meninggalkan orisinalitasnya, paradigma ini harus tertancap di nurani dan tekad setiap Du’at, Da’i harus punya obsesi kekuasaan, obsesi politik dan obsesi peradaban. Ketiga hal tersebut harus menjelma dalam suatu bentuk yang dinamakan NEGARA, dakwah seperti ini yang dahulu kita lihat dari napak tilas aktivitas politik dakwah Rasulullah dan para sahabat, Rasulullah mengirim surat-suratnya ke Persia, Romawi, Yaman, dll, serta spirit nabawi yang terlihat ketika Rasulullah dan para sahabat menggali parit sebagai pertahanan menghadapi musuh dalam perang Khandaq, Romawi akan ditaklukkan, sebaik-baik panglima dan tentara yang menaklukkannya. Dan terbukti Impian Nubuwwah itupun diejawantahkan oleh pemuda yang berumur 17 tahun yang bernama Muhammad Al-Fatih.

Pada hari ini, adalah Era kemandirian dakwah, (bukan berarti tanpa ada pertolongan dari Allah), Representasi dari dakwahnya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, Era di mana dakwah menjelma dalam bentuk negara, Sesungguhnya (surat itu) dari Sulaiman yang isinya “dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong datanglah kepadaku sebagai orang yang berserah diri. (An-Naml: 30-31), ini adalah tarbiyah Al Qur’an kepada kita bahwa, dakwah itu harus berorientasi kekuasaan, karena fungsi esensial negara dalam Islam adalah sebagai hirosatud din (menjaga Agama) dan siyasatud dunya (mengelola Bumi).

Kita pada hari ini harus merubah atau mentransformasikan mindset kita agar jangan berlama-lama berdakwah, pada fase Nabi Musa ‘alaihissalam dengan Fir’aun, “Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir’aun karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka bicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”. (Thaha: 43-44), hal demikian adalah gambaran dakwahnya orang tertindas karena kezhaliman nyata para penguasa. Kita hari ini bukan dalam kondisi tertindas, kita adalah orang yang merdeka berpendapat, demokrasi menjanjikan itu. Maka hal yang paling mungkin kita lakukan adalah membersamai Era demokrasi ini sebagai langkah awal dakwah menjelma sebagai sebuah negara.

Maka Negara adalah manifestasi dari doktrin agama atau ideologi yang berkembang, kita melihat tidak satu pun dari negara adi daya berideologi sosialis seperti Rusia dan Kapitalis seperti Amerika melainkan telah terjangkiti kanker yang mematikan dalam tubuh negara itu, maka tidak ada lagi alternatif yang paling mungkin untuk menggantikannya yaitu Al-Islam, tinggal bagaimana kita sebagai salah satu dari sekian batu bata kebangkitan itu untuk melakukan reformasi paradigma agar dakwah tampil lebih elegan dan diminati oleh semua golongan yang bukan hanya Muslim akan tetapi orang-orang non Muslin pun merasakan keberkahan di bawah panji pemerintah Islam.

Suatu hari kita akan melihat para pemimpin-pemimpin Islam akan menuliskan surat-surat dakwah kepada seluruh pemimpin Dunia sekalipun kepada negara adi daya, “dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, janganlah berlaku sombong, datanglah kepadaku dalam keadaan berserah diri (Muslim)”. Wallahu A’lam bish Shawab.

KPK Terus Telusuri Keterlibatan Alex Noerdin dalam Kasus Korupsi Wisma Atlet

Written By Harmoko, A.Md on Senin, 18 Maret 2013 | 02.05


 

JAKARTA, Buanasumsel.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan terus mengembangkan kasus dugaan korupsi pengadaan barang dan jasa pada pembangunan Wisma Atlet, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan.

Sementara berperan sebagai penanggungjawab proyek pembangunan itu adalah Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin.

Menurut Juru Bicara KPK Johan Budi, tidak menutup kemungkinan pihaknya menetapkan tersangka baru. Pasalnya saat ini pengadaan barang dan jasa itu sudah di level penyelidikan. “Sampai saat ini hal itu masih terus diselidiki,” kata Johan di kantor KPK, Jakarta, Rabu (13/3/2013).

Saat ditanya peluang Alex jadi tersangka, Johan menolak komentar. Yang pasti terang Johan status Alex masih sebagai saksi pada kasus tersebut. Seperti diketahui berdasarkan fakta persidangan, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin tidak hanya disebut menerima fee 2,5 persen dari Rp 191 Miliar pada proyek Wisma Atlet SEA Games Palembang.

Anak buah Abu Rizal Bakrie di Partai Golkar itu juga dituding mengubah design proyek dari rencana semula yang mengakibatkan pergeseran spesifikasi bangunan dan anggaran. Namun, hal itu telah dibantah oleh Alex Noerdin saat dikonfirmasi dalam berbagai kesempatan. (Tribunnews.com)

http://buanasumsel.com/kpk-terus-telusuri-keterlibatan-alex-noerdin-dalam-kasus-korupsi-wisma-atlet/

Larang Rok Mini, Presiden Korea Selatan Keluarkan Dekrit

Written By Harmoko, A.Md on Minggu, 17 Maret 2013 | 20.52

Bersama Dakwa | Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-Hye mengeluarkan kebijakan baru larangan memakai rok mini di tempat umum. Larangan itu dituangkan dalam bentuk dekrit, di tengah ketegangan dengan Korea Utara (Korut) yang memerbolehkan perempuan memakai rok mini.

Larangan pemakaian rok mini itu akan diberlakukan mulai 22 Maret mendatang. Setiap warga yang terbukti memakai rok mini di tempat umum, bisa dikenakan denda 50 ribu Won atau sekitar Rp 441 ribu.

Rapat kabinet untuk membahas larangan rok mini dipimpin langsung Park, presiden perempuan pertama Korsel. Sebelumnya, dekrit serupa pernah berlaku di Korsel pada dekade 1970-an pada saat ayah Park, Jenderal Park Chung-hee berkuasa.

Sementara itu, Korut menganggap kebijakan baru Park tersebut hanya sebuah lelucon. Menurut laporan New York Times, rok mini yang dikenakan perempuan Korut jauh lebih pendek ketimbang rok mini perempuan Korsel.

Tidak peduli dengan sindiran Korut, Park tetap melanjutkan perang rok mini sembari akan terus melunakkan hati Pyongyang dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Park ingin menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai penghubung antara Seoul dengan Pyongyang.

“Kami ingin memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Utara yang memang kesulitan. Kami tidak peduli dengan sindiran dari Korea Utara dan semua provokasinya. Kami hanya ingin memastikan bisa melaksanakan dialog untuk memperbaiki hubungan utara dan Selatan,” kata Menteri Unifikasi Ryoo Kihl-jae, Rabu (13/3) lalu. [IK/Rmol/Dkw]

http://www.bersamadakwah.com/2013/03/larang-rok-mini-presiden-korea-selatan.html

Tak Kenal Mesir & Palestina, Ahok Ngawur Sebut Vatikan yang Pertama Akui Kemerdekaan RI

Written By Harmoko, A.Md on Sabtu, 16 Maret 2013 | 07.48

Kemerdekaan RI-atas dukungan Ikhwan, Mesir menjadi negara pertama mengakui kemerdekaan RI-Hasan Al Banna & St Syahrir-jpeg.image

Atas dukungan Ikhwanul Muslimin lewat pemimpinnya, Hasan Al Banna, Mesir menjadi negara yang pertama mengakui kemerdekaan RI, namun setahun sebelum kemerdekaan, Palestina memberikan dukungannya terlebih dulu. Tampak dalam foto Sutan Syahrir & Hasan Al Banna, pendiri & pemimpin pertama Ikhwanul Muslimin Mesir



JAKARTA (SALAM-ONLINE): Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) boleh dibilang melakukan blunder jika tak ingin dikatakan ngawur.

Entah buku sejarah Indonesia versi mana yang dibacanya. Pasalnya, usai bertemu dengan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Antonio Guido Filipazzi, Jumat (15/3/2013), Ahok mengatakan bahwa Vatikan adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ketika itu Ahok menjawab pertanyaan wartawan, apakah ada pembahasan kerja sama dalam kunjungan Dubes Vatikan itu ke Balaikota?

“Tidak ada. Tadi dikasih kenang-kenangan medali Paus, tapi cetakan lama, belum ada cetakan baru. Dikasih buku sejarah Paus keuskupan dari 1947. Kan Vatikan itu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia,” jawab Ahok.

Benarkah Vatikan adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia? Tentu saja untuk menjawabnya mudah sekali, cukup membuka literatur sejarah.

Nah, berdasarkan penelusuran literatur sejarah, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah Mesir, bukan Vatikan.

Mesir secara de facto mengakui kemerdekaan RI pada 22 Maret 1946, disusul oleh Liga Arab (Arab Saudi, Qatar, dan lain-lain) pada 18 November 1946. Setelah itu diikuti Suriah pada 3 Juli 1947, Lebanon dan Irak pada 9 Juli 1947.

Pengakuan kemerdekaan RI secara de facto oleh Mesir pada 22 Maret 1946 itu dilakukan dengan mengakhiri kepengurusan WNI dari kedutaan Belanda di Mesir.

Bahkan, pada tanggal 13 hingga 16 Maret 1947, Konsul Jenderal Mesir untuk India (di Mumbay) yang bernama Muhammad Abdul Mun’im bersama Muriel Pearson (nama samarannya adalah Ketut Tantri, seorang perempuan Amerika yang pro kemerdekaan sejak masa revolusi), datang ke Yogyakarta (Ibukota RI saat itu).

Pada 15 Maret 1947 bertepatan dengan HUT Mesir ke 23, keduanya menghadap Presiden Soekarno untuk mewakili pemerintah Mesir sekaligus utusan Liga Arab guna menjelaskan posisi dukungan mereka terhadap kedaulatan RI.

Kemerdekaan RI-bahkan Palestina setahun seblmnya sdh mendukung kemerdekaan-Mufti Palestina & KH Agussalim-jpeg.imagePengakuan secara de jure (hukum) oleh Mesir ditandatangani pada 10 Juni 1947, ditandai perjanjian Persahabatan RI-Mesir dan sekaligus mendirikan Kedutaan RI pertama di luar negeri.
Sementara alasan Liga Arab menganjurkan kepada semua negara anggotanya supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat karena didasarkan pada ikatan akidah Islamiyah, ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan.

Bahkan yang menarik, justru dukungan Palestina lebih awal setahun sebelum proklamasi. Palestina diwakili oleh Mufti Besarnya, Syaikh Muhammad Amin Al-Husaini. Pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ dari Syaikh Amin Al-Husaini ke seluruh dunia Islam untuk dukungannya pada kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan Vatikan baru mengakui kemerdekaan Indonesia satu bulan setelah pengakuan oleh Mesir tersebut. Yakni, pada 6 Juli 1947 ditandai dengan pembukaan kedutaan yang disebut “Apostolic Delegate” dan menugaskan Georges-Marie-Joseph – Hubert-Ghislain de Jonghe d’Ardoye, M.E.P sebagai Duta Besar Vatikan pertama di Jakarta untuk masa 1947 hingga 1955.

Menyimak literatur tersebut, kiranya pemahaman sejarah Ahok perlu dikoreksi.
Pimpinan Taruna Muslim Alfian Tanjung menambahkan, fakta sejarah menunjukkan negara-negara Muslim yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia.

“Tidak ada dalam sejarahnya Vatikan pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia,” ujar Alfian seperti dikutip itoday, Sabtu (16/3/2013).

Menurut Alfian, dalam sejarah justru Vatikan bekerjasama dengan Belanda untuk menekan pemerintah Indonesia.

“Vatikan mengambil manfaat adanya penjajahan Belanda dengan menyebarkan agama Katolik di Indonesia. Justru Islam yang menjadi ujung tombak perlawanan terhadap penjajah Belanda,” papar Alfian.

Alfian tidak terkejut dengan pernyataan Ahok itu karena ada keinginan yang kuat dari Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut untuk menyebarkan agama katolik di Jakarta.

“Pernyataan itu sangat politis, agar kebijakan Pemprov DKI termasuk kristenisasi mendapat dukungan dari Vatikan,” demikian terang Alfian.

Tentu umat Islam-lah sebagai pemeran utama meraih kemerdekaan ini. Dari desa hingga kota, dari santri dan kiai hingga kaum terpelajar, intelektual, ulama, bersatupadu bersama umat Islam berkuah darah, bermandikan keringat, merebut kemerdekaan republik ini.

Kemerdekaan RI-Hatta & Mufti serta para pemimpin Arab dan dukungan mereka terhadap kemerdekaan RI-jpeg.imageSementara penjajah, khususnya Belanda, tak rela akan kemerdekaan ini. Mereka, sang penjajah Belanda, logis saja berkolaborasi dengan kelompok yang se-ideologi untuk meneruskan penjajahan, sehingga kembali melancarkan agresinya pada 1949, tapi gagal total.

Kelompok dari dalam yang berkomplot dengan penjajah, tentu merasa nyaman jika negeri ini dijajah dengan yang se-ideologi dan sekeyakinan, karena adanya kekhawatiran–saat itu–Indonesia menjadi negara yang berdasarkan IslamDan, menjelang merdeka, benar, Indonesia dipastikan menjadi negara berdasarkan Islam–atau setidaknya mewajibkan para pemeluknya untuk menjalankan syariat Islam–jika saja tidak dikhianati, ditelikung, dikadalin oleh kelompok nasionalis yang bersekongkol dengan kaum minoritas, sehari setelah proklamasi! (inilah/itoday/salam-online)

http://salam-online.com/2013/03/tak-kenal-mesir-palestina-ahok-ngawur-sebut-vatikan-yang-pertama-akui-kemerdekaan-ri.html

Ahok: Negara Ini Rusak Karena Campurkan Agama dan Politik

Written By Harmoko, A.Md on Jumat, 15 Maret 2013 | 20.48


Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok mengaku sudah muak bercerita soal agama dan akhlak. Di depan sekitar 70 dokter se-Jabodetabek dalam acara seminar tentang Kartu Jakarta Sehat di RS Husada Jakarta, Selasa (19/2), Ahok juga mengatakan bahwa Indonesia rusak karena mencampurkan agama dan politik.

“Kerusakan akhlak jelas bukan soal politik, negara ini rusak karena mencampurkan agama dan politik. Kita bisa berdebat di luar itu, banyak orang munafik, ada nggak pejabat yang berani melaporkan harta kekayaannya dan pajak yang dibayarkannya, tidak ada yang berani Pak, munafik!” seru Ahok dengan tinggi ketika menjawab pertanyaan seorang dokter yang tidak setuju dengan prinsip Ahok dan menyarankan pemerintah juga harus memikirkan akhlak rakyatnya.

Seperti dilansir detik.com, selain membicarakan pentingnya KJS, dalam seminar itu Ahok juga bercerita pengalamannya dalam kasus-kasus kesehatan pasien miskin. Tak lupa, ia menyampaikan prinsip dalam hidup.

“Yang penting itu tiga hal, perut, otak sama dompet,” sambung Ahok.

Pada saat sesi tanya jawab, seorang dokter bernama Imam mempertanyakan tiga prinsip tersebut. Menurut dokter Imam dari RS Pondok Labu, selain tiga hal tersebut, ada juga faktor akhlak yang penting.

“Saya nggak setuju dengan tiga prinsip Bapak, karena akhlak juga penting. Pemerintah juga harus memikirkan soal akhlak rakyatnya,” ujar dokter tersebut. [JJ/Dtk]


Sekjen FUI : Jika Pendiri Negara Masih Ada, Mulut Ahok Sudah Digampar

Islamedia - Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI), Ustadz Muhammad Al Khaththath, tidak habis pikir dengan pernyataan kontroversial Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang melecehkan peran agama dalam bernegera. Padahal kemerdekaan bangsa Indonesia lahir atas berkat rahmat Allah.

“Jadi kalau si Ahok mengatakan agama gak bisa mengatur negara sama dengan mengatakan agama Allah Yang Maha Kuasa tidak bisa mengatur negara. Wah ini kalau para pendiri negara masih ada sekarang sudah digampar tuh Ahok,” ujarnya kepada Islampos, Kamis (21/2/2013)

Dalam pembukaan UUD 1945 jelas Bangsa Indonesia sangat berterimakasih atas kemerdekaan mengusir penjajah. Hal itu mustahil terjadi tanpa izin Allah Yang Maha Kuasa. Kalau negara sudah menyatakan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti semua urusan negara didasarkan atas ketentuan agama.

“Kalau gak pakai agama itu berarti mengingkari dasar negara,” tegasnya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta itu juga dinilai plin-plan dalam merumuskan ketidakhadiran agama dalam bernegara. Di satu sisi menyerukan pemisahan agama dengan negara, tapi di sisi lain tetap bertindak sesuai agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.

“Ahok itu omongannya mlintar mlintir, habis ngomong jangan pakai agama terus dia bertindak sesuai agamanya. Plin-plan itu namanya. Kalau pakai ya pakai, kalau gak ya gak,” pungkas Ustadz Muhammad Al Khaththath.

Sebelumnya, di hadapan dokter se-Jabodetabek, Ahok mengajarkan tiga prinsip hidup, yaitu perut, otak, dan dompet. Tapi pernyataannya disanggah oleh seorang dokter yang mengatakan bahwa akhlak adalah prinsip hidup.

Menurut dokter Imam dari RS Pondok Labu, selain tiga hal tersebut, ada juga faktor akhlak yang penting.

“Saya nggak setuju dengan tiga prinsip Bapak, karena akhlak juga penting. Pemerintah juga harus memikirkan soal akhlak rakyatnya,” ujar dokter tersebut.

Menanggapi dokter Imam, Ahok langsung teringat pengalaman politiknya selama 10 tahun terakhir. Dengan nada tinggi, dia menegaskan bahwa akhlak kadang bukan lagi acuan dalam dunia tersebut. Sebab, saat ini para pejabat sebagian besar munafik.

“Kerusakan akhlak jelas bukan soal politik, negara ini rusak karena mencampurkan agama dan politik. Kita bisa berdebat di luar itu, banyak orang munafik, ada nggak pejabat yang berani melaporkan harta kekayaannya dan pajak yang dibayarkannya, tidak ada yang berani Pak, munafik!” seru Ahok dengan tinggi

Bagaimana dengan Ahok? “Saya berani Pak, periksa saya dulu. Saya ngomong di DPR dulu, periksa saya dulu,” tegas eks anggota DPR dari Golkar ini.

Karena itu, Ahok tak mau bicara soal agama dalam politik. Dia lebih memilih berbuat baik pada sesama.

“Saya udah kenyang 10 tahun berpolitik, bahkan saya sudah muak berpolitik, makanya saya sudah muak bercerita soal agama dan akhlak, kita buktikan perbuatan sekarang,” beber Ahok sambil disambut senyum para dokter.

“Orang bilang saya arogan, memang arogan, karena negara ini tidak bisa dipimpin baik-baik mesti diajak berantem,” pungkasnya seperti dikutip Detik.

Ahok Sebut Vatikan Negara Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia

Islamedia -Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahya Purnama (Ahok) mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan menyebutkan negara Vatikan sebagai negara pertama yang mengakui dan memberikan ucapan Selamat atas kemerdekaan negara Indonesia. Pernyataan Ahok ini disampaikan saat menerima kunjungan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Antonio Guido Filipazzi ke Balaikota DKI Jakarta, Jum'at (15/3).

Apa yang disampaikan oleh Ahok ini sangat bertentangan dengan fakta sejarah bahwa negara yang pertama kali mengucapkan selamat kemerdekaan Indonesia adalah Mesir. Berikut kutipan sejarah tentang dukungan Mesir dan negara-negara Islam atas dukungan terhadap pemerintah Indonesia, dikutip dari website paskibraka-jp.or.id

Pengakuan kedaulatan Indonesia pertama kali bukanlah dilakukan oleh negara-negara Barat, apalagi Amerika Serikat yang sering mengklaim dirinya sebagai promotor kebebasan dan jaminan HAM! Perjuangan kemerdekaan Indonesia dibantu oleh negara-negara muslim di Arab secara heroik tidak lain karena faktor Islam. Adanya kedekatan emosional (ukhuwah Islamiyyah) antara bangsa Indonesia yang tengah memperjuangkan kemerdekaannya dengan bangsa-bangsa Arab.
Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kedekatan emosional tokoh-tokoh nasional seperti, M. Natsir, Sutan Syahrir, H. Agus Salim dll dengan tokoh-tokoh pergerakkan Islam di Mesir seperti Hasan Albana dengan gerakkan Ikhwanul Muslimin yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bumi-bumi Islam yang lainnya. Negara-negara yang tercatat sebagai pemberi pengakuan pertama kepada RI selain Mesir adalah Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut Liga Arab (Arab League) juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab (Arab League) supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.
Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama terjalin hubungan yang kekal “karena di antara kita timbal balik terdapat pertalian agama”. Sementara pernyataan Sutan Syahrir atas dukungan negara-negara Arab yang diungkapkan di Harian Ikhwanul Muslimin, Mesir pada 5 Oktober 1947 … “Adalah suatu kenyataan adanya kecenderungan mengembang dalam ummat Islam di dunia ke arah persatuan dan peleburan dalam satu persudaraan Islam yang bertujuan memutuskan rantai-rantai penjajahan asing … Indonesia menyokong Pakistan sepenuhnya. Indonesia negeri Islam dan akan berjuang di barisan kaum Muslimin.”
Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati proses yang cukup panjang dan heroic. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI.
Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ”menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nokrasi Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Kedatangan Duta besar Belanda bertujuan mengingatkan Mesir tentang hubungan ekonomi Mesir dan Belanda serta janji dukungan Belanda terhadap Mesir dalam masalah Palestina di PBB. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”. Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arsb kepada Indonesia dengan mengatakan ”karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”.
Dengan adanya pengakuan Mesir tersebut Indonesia secara de jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional. Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.
Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buktinya pada 11 November 1945 melalui pidato dari radio Delhi, Jinnah menginstruksikan agar tentara India Muslim tidak ikut bertempur melawan pejuang Indonesia. Akibatnya, empat hari kemudian, 400 orang tentara India Muslim melakukan disersi. Di Surabaya disersi itu melibatkan Kapten Mohammad Zia Ul-Haqq yang belakangan menjadi Presiden Pakistan. Pada 8 November itu juga Masyumi menghubungi Raja Ibnu Suud dan memohon agar beliau memaklumkan kemerdekaan Indonesia kepada jama’ah haji yang sedang wuquf di Padang Arafah dan meminta agar jama’ah haji mendoakan perjuangan bangsa Indonesia.
Simpati rakyat Mesir terhadap perjuangan di Indonesia antara lain juga diperlihatkan pada rapat umum partai-partai politik dan organisasi massa pada 30 Juli 1947, di antara pembicara bahkan terdapat (Presiden) Habib Burguiba dari Tunisia dan Allal A Fassi, pemimpin Maroko. Rapat umum itu menyetujui satu resolusi. Antara lain: (1). Pemboikotan barang-barang buatan Belanda di seluruh negara-negara Arab; (2). Pemutusan hub diplomatik antara negara-negara Arab dan Belanda. (3). Penutupan pelabuhan-pelabuhan dan lapangan-lapangan terbang di wilayah Arab terhadap kapal-kapal dan pesawat-pesawat Belanda (secara konkret poin ini dilaksanakan di Terusan Suez); (3). Pembentukan tim-tim kesehatan untuk menolong korban-korban agresi Belanda (secara konkret Mesir mengirim misi Bulan Merah ke Indonesia lengkap dengan obat, alat kesehatan dan tim dokter).

Setiap aksi Belanda di tanah air kita yang mengancam kemerdekaan Indonesia disambut dengan demonstrasi-demonstrasi anti Belanda di negara-negara Timur Tengah. Mengingat perjalanan sejarah tersebut, adalah suatu keharusan bangsa dan negara Indonesia berperan aktif dalam menyelesaian krisis di Palestina, Libanon dan negara-negara Islam lainnya khususnya di Timur Tengah. Karena ternyata Indonesia mendapatkan pengakuan internasional karena berhasil meng-image-kan diri sebagai negara berdasarkan ajaran Islam. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar ummat Islam di Indonesia mendapatkan akomodasi lebih baik dari negara saat ini karena bangsa ini dimerdekakan oleh semangat ukhuwah Islamiyyah dari negara-negara muslim.[merdeka/paskibraka/imd]

Facebook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatanku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger